![]() |
CEO Alphabet Inc. Sundar Pichai saat wawancara di kampus Googles Bay View, California, Amerika Serikat pada Rabu (1/5/2024). / Bloomberg-David Paul Morris |
Barbeque.gilatemax.com, JAKARTA – Saham Alphabet Inc. melesat lebih dari 9% pada perdagangan Rabu (3/9/2025), setelah perusahaan induk Google tersebut memenangkan kasus persaingan usaha di AS.
Melansir Reuters, Kamis (4/9/2025), hakim federal AS menolak gugatan pemerintah agar Alphabet menjual bisnis mesin pencari, browser Chrome, dan sistem operasi Android.
Putusan ini menghapus salah satu ketidakpastian regulasi terbesar bagi raksasa teknologi tersebut, sekaligus menambah sekitar US$210 miliar pada kapitalisasi pasarnya.
Dalam putusannya, Hakim Amit Mehta menyatakan Google tetap berhak mengendalikan browser Chrome dan sistem operasi Android. Namun, perusahaan dilarang melakukan kontrak eksklusif dengan produsen perangkat maupun pengembang browser.
Google juga diperbolehkan melanjutkan pembayaran kepada mitra strategis, termasuk Apple, untuk menampilkan mesin pencarinya. Saham Apple ditutup naik 3,8% menyusul kabar tersebut.
“Keputusan ini menghapus beban hukum yang signifikan dan menunjukkan bahwa pengadilan memilih pendekatan pragmatis alih-alih langkah ekstrem,” kata analis ekuitas senior Hargreaves Lansdown Matt Britzman.
Saham Alphabet sempat menyentuh rekor intraday US$231,31 dan sepanjang tahun ini sudah menguat hampir 22%. Kinerjanya melampaui indeks S&P 500, meski masih tertinggal dari rival Big Tech seperti Meta.
Putusan tersebut juga mempertahankan peluang Alphabet memperdalam kemitraan dengan Apple, termasuk potensi integrasi kecerdasan buatan (AI) Gemini ke perangkat iPhone di masa depan.
Bloomberg sebelumnya melaporkan Apple tengah dalam tahap awal pembicaraan untuk menggunakan Gemini sebagai basis Siri terbaru.
Departemen Kehakiman AS menggugat Google sejak 2020 atas dugaan monopoli mesin pencari melalui perjanjian eksklusif dengan pembuat perangkat dan pengembang browser.
Tahun lalu, hakim Mehta menyatakan Google terbukti melanggar aturan antimonopoli, namun pada Selasa ia menolak opsi pemisahan usaha, dengan alasan hadirnya pesaing baru seperti ChatGPT yang dapat mengimbangi dominasi Google.
Dalam putusan tersebut, Google diwajibkan berbagi sebagian data indeks pencarian dan interaksi dengan kompetitor—langkah yang dinilai dapat membantu perusahaan AI membangun chatbot dan mesin pencari alternatif.
Kendati demikian, para analis menilai skala operasi dan keunggulan data Google masih sangat dominan. “Kewajiban berbagi data ini terbatas, sehingga kemungkinan hanya memberi dorongan kecil bagi kompetisi di layanan AI generatif,” ujar Nick Rodelli, analis hukum di CFRA Research.
Disclaimer: Semua artikel yang ada di blog ini hanyalah contoh atau dummy untuk keperluan pembuatan dan demo template Blogger. Kontennya tidak mencerminkan informasi atau berita yang sebenarnya.