![]() |
Warga melintasi kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Minggu (3/8/2025). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti |
Barbeque.gilatemax.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat ke level 7.885,86 pada Rabu (3/9/2025). Kenaikan indeks didukung oleh penguatan saham emiten berbasis emas serta big caps seperti PANI, AMMN, dan DSSA.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat sebesar 1,08% atau 84,27 poin menuju posisi 7.885,86. Sepanjang hari perdagangan, indeks komposit bergerak pada level 7.840,75 dan sempat menyentuh level tertingginya di 7.911,61.
Tercatat, sebanyak 400 saham meningkat, 275 saham turun, dan 126 saham stagnan. Sementara itu, kapitalisasi pasar alias market cap mencapai Rp14.282 triliun.
Saham dengan kapitalisasi jumbo yang menguat dipimpin PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dengan kenaikan 10,24% ke Rp109.800 dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) meningkat 2,32% menuju Rp4.410 per saham.
Selanjutnya, ada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang mencatatkan penguatan sebesar 1,77% menuju posisi Rp4.040 per saham, sementara saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) tumbuh 1,42% ke Rp327.700.
Sementara itu, investor asing kembali mencatatkan jual bersih atau net sell sebesar Rp1,38 triliun, sehingga sejak awal tahun net sell total mencapai Rp54,82 triliun.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa tekanan arus keluar dana asing memang masih terjadi pada awal September. Namun, situasi keamanan dan politik yang stabil kini menjadi katalis positif.
“Dengan kondisi yang lebih stabil, investor mulai mencermati berbagai katalis positif pada semester II/2025. Salah satunya adalah potensi The Fed melonggarkan kebijakan moneternya mulai September,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/9/2025).
Menurut Nafan, Jika terealisasi, kebijakan tersebut akan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan global. Efek penurunan biaya pinjaman juga akan mendukung sentimen positif terhadap aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) diperkirakan mengikuti langkah The Fed dengan melanjutkan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan. Potensi pemangkasan BI Rate sebanyak 1 – 2 kali lagi hingga akhir tahun dinilai masih terbuka.
Dari sisi domestik, Nafan menyampaikan bahwa percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi stimulus tambahan bagi perekonomian. Langkah ini dipandang mampu menjaga momentum pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.
“Kombinasi percepatan belanja pemerintah dan stimulus moneter diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional di kisaran 5% sepanjang 2025,” pungkasnya.
Disclaimer: Semua artikel yang ada di blog ini hanyalah contoh atau dummy untuk keperluan pembuatan dan demo template Blogger. Kontennya tidak mencerminkan informasi atau berita yang sebenarnya.